Senin, 08 Juli 2013

Laporan Study Field

KESENIAN JAWA TENGAH
Laporan Kunjungan di Museum Ranggawarsita
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah                 : Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu        : M. Rikza Chamami MSI






Oleh :
Feny Indaryani                             (113511044)
Mikke Novia Indriani                    (113511051)
Saniyya Dara Farahhadi                 (113511060)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2013



PENINGGALAN KESENIAN KEBUDAYAAN JAWA
I.                   PENDAHULUAN
Peninggalan kebudayaan sangat beragam macamnya, salah satunya adalah kesenian, yang sampai saat ini masih dilestarikan. Terkadang di suatu daerah menjadi sebuah tradisi/ adat istiadat daerah tersebut. Kesenian tersebut memiliki berbagai jenis, biasanya sesuai dengan daerah asalnya. Di daerah Jawa Tengah sendiri, memiliki beraneka ragam kesenian yang merupakan peninggalan nenek moyang terdahulu. Ada beberapa yang masih menjadi tradisi, ada juga yang sudah jarang di pertunjukan kembali. Namun untuk tetap melestarikannya kesenian tersebut dimuseumkan. Baik yang masih dipertunjukkan maupun yang sudah jarang. Salah satu museum yang memiliki koleksi kesenian Jawa Tengah yaitu museum Ranggawarsita.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Peninggalan kesenian apa saja yang terdapa di museum Ranggawarsita?
B.     Bagaimana Analisis Budaya Jawanya?

III.             HASIL PENGAMATAN
Museum Jawa Tengah Ranggawarsita merupakan sebuah aset pelayanan publik dibidang pelestarian budaya, wahana pendidikan dan rekreasi. Pendirian museum pertama kali dirintis oleh proyek rehabilitasi dan permuseuman Jawa Tengah pada tahun 1975 dan secara resmi dibuka oleh Prof. Dr. Fuad Hasan pada tanggal 5 Juli 1989. Nama Ranggawarsita dipakai sebagai nama museum karena merupakan pujangga yang fenomenal di Keraton Surakarta dan karya sastranya mengandung nasehat-nasehat dan petunjuk-petunjuk bagi bangsa Indonesia yang sifatnya “membangun dan mendidik menuju kepada kemuliaan, kesejahteraan, kejayaan, dan kebahagiaan bangsa Indonesia seluruhnya.”

A.    Peninggalan Kesenian
Di museum Ranggawarsita mempunyai koleksi yang berjumlah 59802 buah yang terbagi dalam 10 jenis, antara lain geologi, arkeologi, historika, filologi, numismatic/heraldika, kramologika, teknologika, ethnografika, dan seni rupa.
Selain itu juga terdapat koleksi kesenian yang berasal dari daerah Jawa Tengah. Antara lain batik, candi, ketropak, masjid, teater, calung, karawitan, musik, tari, kerapan, wayang orang kulit, prajuritan, dan seni rupa.

Peta seni Jawa Tengah

Keterangan gambar

Beberapa kesenian yang terdapat di museum Ranggawarsita:
1.      NINI THOWOK
Merupakan seni hiburan yang bersifat magis karena berhubungan dengan kekuatan supranatural yang muncul melalui sarana manusia atau boneka yang dibuat dengan peralatan rumah tangga.
Dengan sesaji dan mantera tertentu, kekuatan tersebut muncul bergerak dan dapat diajak berkomunikasi lisan, ada juga yang dapat berkomunikasi tertulis yang disebut “ jailangkung” sehingga menjadi hiburan yang menarik bagi anak-anak.

Nini Thowok

2.     SINTREN
             Sintren merupakan kesenian yang berasal dari daerah Pekalongan. Pertunjukan sintren dilakukan oleh seorang gadis perawan yang dirasuki roh.
Pertunjukan Sintrenan
3.      BARONGAN
Barongan berasal dari kata “Singabarong” yang berarti seekor binatang besar yang dapat berbicara seperti manusia. Kesenian Barongan yang berasal dari Blora ini merupakan salah satu warisan budaya yang masih terjaga dan telah tersebar di berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Kudus, Pati dan Demak.
Pada upacara adat, masyarakat sering menggunakan kesenian Barongan sebagai media untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahi kesejahteraan dan kemakmuran. Selain itu, Barongan juga menjadi hiburan bagi masyarakat pada saat peringatan hari besar nasional dan upacara tradisional. Pemain kesenian Barongan terdiri dari Bujangganong, Pasukan Berkuda, Ngainah, Penthul, Barongan, dan Untub.
Kesenian Barongan dari Blora

4.      SENI SAMROH/ REBANA
Merupakan seni musik sebagai selingan pada acara-acara keagamaan Islam. Peralatannya berupa seperangkat rebana dan sebuah bedug untuk mengiringi syair puji-pujian.

Alat rebana


5.      SENI KENTRUNG
Merupakan seni dakwah yang muncul dari masa pengaruh Islam. Misi yang dibawa berupa dakwah keagaman, menggunakan rebana dan alat-alat musik tradisional.


Seni Kentrung

6.      KESENIAN CALUNG
Merupakan kesenian rakyat yang banyak berkembang di daerah Jawa Tengah bagian barat Tegal dan Brebes, dan daerah Banyuas. Musiknya sangat sederhana, karena semula hanya digunakan untuk menjaga keamanan dari pencuri(colong), irama musik dilengkapi gamelan laras degung.


Kesenian Calung

7.      KUDA LUMPING
Merupakan kesenian yang bersifat magis, banyak berkembang di Jawa dengan nama yang berbeda-beda. Di pesisir utara Jawa Tengah disebut Jaran Kepang atau Jaran Eblek, sedangkan di daerah Banyumas disebut Ebeg. Musiknya berupa ketruk, kempyang, saron, terompet, kendhang dan gong, diiringi hentakan-hentakan suara kru atau “sengga’an”.


Peralatan kuda lumping

6.      WAYANG
Kesenian wayang memili berbagai macam jenisnya. Yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Seni wayang tersebut hingga kini masih dilestarikan. Beberapa daerah di Jawa Tengah masih mempertunjukan kesenian tersebut pada acara-acara tertentu. Karena wayang selain sebagai hiburan juga bisa digunakan sebagai media penyebaran informasi. Dulu wayang digunakan sebagai media dakwah oleh para Wali.
Berberapa jenis Wayang yang ada di Jawa Tengah:

a.       WAYANG TOPENG
Merupakan perpaduan drama dan tari, pemainnya memakai topeng yang memerankan tokoh, untuk mempertegas watak/karakter tokoh.
Tipe topeng yang banyak dikenal, yakni:
-          Jawa Tengah      : Dagu Ramping, Sungging warna campuran.
-          Jawa Timuran     : Dagu Tumpul, Sungging warna dasar merah, putih dan hitam.
Sedangkan bentuknya meliputi bentuk “Gagahan dan Alusan”.
Pakaian yang digunakan dalam pementasan wayang topeng

b.      Wayang Golek Jawa
Pada wayang Golek Jawa, tubuh, kaki, dan kepala menjadi satu, sehingga tidak dapat digerakkan berputar seperti wayang golek pada umumnya.

Contoh wayang golek Jawa

c.       Wayang Kayu
Semasa hidup Sunan Kudus yang berada di lingkungan perajin kayu menciptakan boneka wayang dari kayu dalam bentuk tiga dimensi dan dikenal sebagai Wayang Golek Purwa. Kata golek sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti boneka. Juga berkonotasi ‘mancari’ sesuatu, pola tariannya yang selalu berputar seolah-olah sedang mencari-cari.
Perkembangan berikutnya dibuat tokoh-tokoh wayang dari kayu pipih yang dikena sebagai wayang klithik atau wayang kruci.
Wayang kayu


B.    Analisis Budaya Jawa
      Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada saat kunjungan di museum ranggawarsita pada tanggal 17 mei 2013, ada bermacam-macam kesenian yang terdapat pada museum ranggawarsito yaitu yang telah dipaparkan sebagaimana penjelasan diatas. Walaupun budaya-budaya kesenian tersebut sudah digeser dengan budaya-budaya baru (budaya Barat), namun dibeberapa tempat masih terdapat orang-orang yang peduli dan mau melestarikan budaya-budaya jawa dengan mengadakan petunjukan kesenian seperti wayang, barongan,tari-tarian, dan lain sebagainya. Walaupun sudah sedikit pula yang berminat untuk menyaksikan pertunjukan tersebut dengan berbagai alasan, misalnya pertunjukan tari-tarian. Pertunjukan tari-tarian semakin sedikit peminatnya dengan alasan karena gerakannya tidak tidak energik dan terlalu lemah lembut. Namun dibalik gerakan tari-tarian tradisional tersebut mengajarkan bahwa kita sebagai orang jawa harus bersikap lemah lembut, sopan, santun, tidak seenaknya sendiri karena di Jawa sendiri terdapat bermacam-macam aturan yang masih dipegang teguh oleh sesepuh kita. Jadi, kita harus menjaga adat dan istiadat yang telah tertanam sejak zaman dahulu.

IV. KESIMPULAN
            Dari hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kesenian yang ada di Jawa Tengah sangat bergam jenisnya. Yang merupakan peninggalan dari nenek moyang. Namun kini peninggalan kesenian tersebut sudah berakulturasi dengan seiringnya perkembangan zaman, yang hingga kini masih dilestarikan.

Kamis, 25 April 2013

MASUKNYA ISLAM DI JAWA



I.       Pendahuluan
       Pada abad ke-15,  penakhluk yang berkebangsaan Portugis di India dan Asia Tenggara berhadapan dengan pemeluk agama Islam, yaitu agama yang telah dikenal dalam sejarah sebagai agama yang selama berabad-abad menjadi agama keturunan raja yang penting di India, maka di kepulauan Indonesia (pulau Jawa) agama dan tata kemasyarakatan yang pra-Islam masih tetap bertahan sampai pada permulaan abad ke-16. Di bidang politik, orang-orang portugis mampu menahan pengaruh Islam yang terus meluas terhadap kerajaan-kerajaan Indonesia. Kerajaan-kerajaan itu hampir semuanya masuk ke dalam kekuasaan Islam. Sebaliknya, agama Islam di Asia Tenggara tidak dapat meluas lebih jauh kearah timur semenanjung Malaka dan Filipina.
       Sejak abad ke-20 telah diterbitkan buku-buku dalam bahasa Belanda mengenai sejarah Jawa dan Bali pada masa pra-Islam, yang sebagian besar berdasarkan data yang digali dari sumber-sumber pribumi. Salah satu keberatan utama terhadap pandangan mengenai sejarah Jawa yang sampai belum lama ini umum diterima ialah gambaran bahwa ada jurang yang dalam antara zaman Hindu-Jawa dan zaman Islam.
                      
II.    Rumusan Masalah
A.    Teori-teori Masuknya Islam di Jawa
B.     Teori-teori penyebaran Islam di Jawa
C.     Peranan Walisongo
  
III. Pembahasan
A.    Teori-teori Masuknya Islam di Jawa
Situasi masyarakat indonesia khususnya di pulau Jawa sebelum kedatangan Islam, kehidupannya dipengaruhi oleh Sistem Kasta atau peradabaan golongan kelas, sehingga kehidupan masyarakat terpecah-pecah.
      Dan karena mereka yang tergolong kasta tinggi tidak diperkenankan bergaul dengan orang yang berkasta rendah. Sebagaimana mereka membagi kasta menjadi empat [1]:
1.        Kasta Brahmana
           Brahmana merupakan golongan pendeta dan rohaniwan dalam suatu masyarakat, sehingga golongan tersebut merupakan golongan yang paling dihormati. Seseorang dikatakan menyandang gelar Brahmana karena keahliannya dalam bidang pengetahuan keagamaan. Jadi, status sebagai Brahmana tidak dapat diperoleh sejak lahir. Status Brahmana diperoleh dengan menekuni ajaran agama sampai seseorang layak dan diakui sebagai rohaniwan.
2.        Kasta Ksatria
           Ksatriya merupakan golongan para bangsawan yang menekuni bidang pemerintahan atau administrasi negara. Ksatriya juga merupakan golongan para kesatria ataupun para Raja yang ahli dalam bidang militer dan mahir menggunakan senjata. Kewajiban golongan Ksatriya adalah melindungi golongan Brahmana, Waisya, dan Sudra. Apabila golongan Ksatriya melakukan kewajibannya dengan baik, maka mereka mendapat balas jasa secara tidak langsung dari golongan Brāhmana, Waisya, dan Sudra.
3.        Kasta Waisya
           Waisya merupakan golongan para pedagang, petani, nelayan, dan profesi lainnya yang termasuk bidang perniagaan atau pekerjaan yang menangani segala sesuatu yang bersifat material, seperti misalnya makanan, pakaian, harta benda, dan sebagainya. Kewajiban mereka adalah memenuhi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) golongan Brahmana, Ksatriya, dan Sudra.
4.        Kasta Sudra
           Sudra merupakan golongan para pelayan yang membantu golongan Brāhmana, Ksatria, dan Waisya agar pekerjaan mereka dapat terpenuhi. Dalam filsafat Hindu, tanpa adanya golongan Sudra, maka kewajiban ketiga kasta tidak dapat terwujud. Jadi dengan adanya golongan Sudra, maka ketiga kasta dapat melaksanakan kewajibannya secara seimbang dan saling memberikan kontribusi
Agama Islam masuk ke wilayah nusantara melalui celah-celah masyarakat dan budayanya yang masih berorientasi pada tata susunan masyarakat dan budaya Hindu-Budha tanpa menimbulkan goncanagan-goncangan ataupun keresahan dalam masyarakat.
Menurut catatan ahli sejarah, Agama Islam masuk ke Pulau Jawa sekitar abad XI Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Arab dan disebarkan Muballigh dari Pasai (Aceh Utara).
Tetapi sebagian lagi dari ahli sejarah mengatakan, bahwa agama Islam masuk ke Indonesia yang pertama adalah di Pulau Jawa. Karena pada tahun 929 - 949 M, masa kekuasaan Prabu Sindok, para saudagar dari Pulau Jawa sudah banyak yang berlayar sampai ke Baghdad. Demikian juga para pedagang dari Persia dan Gujarat sudah ada yang datang ke Indonesia.
Dikatakan lebih dahulu di pulau Jawa, karena ditemukan satu bukti pada batu nisan seorang wanita Islam yang bernama Fatimah Binti Maimun, yang dimakamkan di Desa Leran Gresik, tertulis wafatnya tahun 475 H atau tahun 1082 Masehi.[2]
Hingga pertengahan abad ke 13 bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang masuknya islam di jawa sangatlah sedikit. Baru sejak akhir abad ke 13 masehi hingga abad-abad berikutnya, terutama sejak majapahit mencapai puncak kejayaannya, bukti-bukti proses pengembangan islam di temukan lebih banyak lagi. Misalnya saja penemuan kuburan islam di troloyo, trowulan dan gersik, juga berupa ma huan (1416 masehi) yang menceritakan tentang adanya orang-orang islam yang bertempat tinggal di gresik. Hal ini membuktikan bahwa pada masa itu telah terjadi proses penyebaran agama islam, mulai dari daerah pesisir dan kota-kota pelabuhan sampai ke pedalaman sampai ke pusat kerajaan majapahit. Adanya proses penyebaran agama islam di kerajaan majapahit terbukti dengan di temukannya nisan-nisan makam muslim di trowulan yang terletak berdekatan dengan kompleks makam para bangsawan majapahit.
Adapun yang didatangi pertama oleh Islam di Pulau Jawa yaitu di daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur. Agama yang nampak perkembangannya di pulau Jawa itu, sejak datangnya Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang kemudian menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa Timur.
Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar majapahit sangat erat kaitannya dengan perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang islam yang telaah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di kerajaan samudra pasai dan malaka. Untuk masa-masa selanjutnya pengembangan islam ditanah jawa di lakukan oleh para ulama’ dan mubaligh yang kemudian terkenal dengan sebutan walisanga (sembilan wali).

B.     Teori-teori penyebaran Islam di Jawa
Penyebaran Islam di Jawa melalui :
1.      Perdagangan
Pedagang-pedagang muslim yang melalui perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad ke-7 sampai abad ke-16, yaitu antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia Tenggara, dan Cina banyak menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim.[3] Di perkampungan itu, ada beberapa orang yang melakukan proses islamisasi yang dibantu para pedagang muslim untuk lebih mengenal Islam. Mereka tertarik masuk Islam karena mereka melihat bahwa Islam tidak memaksa atau merepotkan penduduk non muslim untuk mengikuti ajaran Islam. Mereka dapat bersosialisasi dengan baik dengan penduduk non muslim tanpa adanya perpecahan atau kekerasan. Proses itu dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan dimana adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah pusat.
2.      Perkawinan
Para pedagang yang sudah menetap itu kedudukan ekonomi dan sosialnya semakin baik. Ia menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian mengawini gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara ini pun tidak mengalami kesulitan. Saluran Islamisasi lewat perkawinan ini lebih menguntungkan lagi apabila saudagar atau ulama Islam berhasil mengawini anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati itu sudah Islam maka rakyatnya akan mudah untuk diIslamkan. Misalnya : perkawinan Maulana Iskhah dengan putri raja Blambangan melahirkan sunan Giri. Raden Rahmat (Sunan Ngampel) kawin dengan Nyai Gede Manila, putri Tumenggung Wilatikta. Perkawinan putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati di Cirebon. Perkawinan putri adipati Tuban (R.A. Teja) dengan syeh Ngabdurahman (muslim Arab) melahirkan syeh Jali (Laleluddin).[4]
3.      Ajaran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ke-Tuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal yang magis. Karena itu para ahli tasawuf ini biasanya mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Kedatangan ahli-ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari persia dan India yang sudah beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf ini maka dalam mengajarkan agama Islam disesuaikan dengan pola fikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu Budha, sehingga mudah untuk dimengerti. Itulah sebabnya maka orang jawa begitu mudah menerima agama Islam.
4.      Pendidikan
Lembaga pendidikan yang paling tua adalah pondok pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok pesantren semacam asrama dalam jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Yang mengajar adalah guru-guru agama (kyai dan ulama). Para santri itu jika sudah tamat lalu pulang ke daerah asalnya dan menjadi tokoh keagamaan yang juga terus mengajarkan ilmunya kepada masyarakat disekitarnya.
Dengan cara ini Islam terus berkembang memasuki daerah-daerah yang terpencil. Pondok pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa antara lain : Pondok Ampel Denta di Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), pondok sunan Giri dimana santrinya banyak yang berasal dari Maluku (daerah Hitu). Sedangkan raja-raja dan keluarganya, kaum bangsawan, biasanya juga mendatangkan kyai atau ulama untuk menjadi guru dan penasihat agama.
5.      Seni Budaya
Misalnya seni bangun (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni musik, dan sastra. Dalam seni bangunan masjid, mimbar, ukir-ukirannya masih menunjukkan seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia-Hindu seperti yang terdapat pada candi-candi Hindu atau Budha. Hal yang demikian dapat dijumpai di masjid-masjid kuno Demak, Sendang Duwur, Agung Kasepuhan (Cirebon), masjid Agung Banten, dan sebagainya. Juga adanya pintu gerbang pada keraton-keraton Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk candi bentar, kori agung. Begitu pula nisan kubur-kubur kuno di Demak, Kudus, Corebon, Tuban, dan Madura. Semua menunjukkan budaya sebelum Islam.
Hal itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Islam tidak meninggalkan seni budaya masyarakat yang telah ada, tetapi justru ikut memeliharanya.
Misalnya dalam perayaan Grebeg Maulud (Sekaten) di Yogyakarta, Surabaya, dan Cirebon. Juga lewat pertunjukan wayang yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, sunan Kalijaga juga pandai memainkan wayang. Islamisasi lewat sastra ditempuh dengan cara menyalin buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa pergaulan (melayu).
Proses Islamisasi di Indonesia itu dipercepat lagi oleh adanya faktor-faktor [5]:
a.       Syarat-syarat masuk agama Islam cukup mudah dan ringan.
b.      Pelaksanaan ibadahnya sederhana dan biayanya murah.
c.       Tidak mengenal sistem kasta, semua orang derajatnya sama.
d.      Agama Islam dari Gujarat telah mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf sehingga pemahamannya mudah.
e.       Aturan-aturan dalam Islam itu fleksibel dan tidak memaksa.
f.       Runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit pada akhir abad ke-15.
Agama Islam yang disebarkan dengan cara damai dan kekeluargaan itu ternyata berhasil membawa beberapa perubahan sosial, budaya, memperhalus, dan memperkaya budaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syari’ah selalu ada.[6]
C.    Peranan walisongo
             Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat dipisahkan dengan peranan Walisongo. Wali adalah sebutan bagi orang-orang yang sudah mencapai tingakat pengetahuan dan penghayatan agama Islam yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama. Karena itu ia menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar Wali’ullah (orang yang sangat diakasihi Allah).
Jumlah wali diangap sembilan (songo) walau sebenarnya lebih dari itu, karena jumlah sembilan dianggap keramat, selain itu juga untuk menyebarkan nilai-nilai moral ke segala penjuru. Sehubungan dngan segala penjuru wilayah ini orang jawa mengenal istilah keblat papat limo pancer. Keblat papat, yaitu utara-timur-selatan-barat, dilengkapi dengan arah diantaranya berjumlah delapa, ditambah dengan pusatnya (pancer) menjadi sembilan. Istilah keblat papat limo pancer ini selalu diucapkan oleh orang yang memimpin suatu kenduri menurut adat Jawa, berbeda dengan apa yang diucapkan oleh modin atau kaum yang memimpin kenduri dengan warna Islam.[7]
Sembilan wali tersebut ialah[8]:
1.      Maulana Malik Ibrahim (sunan Gersik, wafat di Gersik pada tahun 1419)
            Sunan Gresik disebut juga "Maulana Maghribi". Dikalangan rakyat kecil beliau terkenal sebagai ulama yang berbudi luhur dan sangat dermawan. Beliau berperan menyebarkan Islam di Gresik dan sekitarnya.
2.      Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Surabaya.
            Dalam berdakwah beliau berusaha membimbing rakyat agar menjalankan ajaran Islam dengan menghilangkan kebiasaan masyarakat yang bukan ajaran Islam. Beliau salah seorang yang berjasa mendirikan Masjid Demak dan Kerajaan Demak.
3.      Sunan Bonang, (Raden Maulana Makdum Ibrahim)
Beliau berperan menyebarkan agama Islam didaerah Tuban dan Lasem. Dalam berdakwah beliau menggunakan media gamelan yang disebut bonang, sehingga beliau dipanggil Sunan Bonang, juga melalui ajaran tasawwuf.
4.      Sunan Giri (Raden Paku), putra dari Maulana Iskhak dengan putri Blambangan.
Dalam Penyebaran Islam beliau mendirikan pondok pesantren. Muridnya berasal dari berbagai penjuru tanah air, misalnya dari Ternate, Tidore, Pulau Bawean, Madura dsb.
5.       Sunan Drajad (Raden Qosim) , putra suanan Ampel.
Beliau terkenal sebagai ulama yang besar jiwa sosialnya. Gamelam merupakan media dakwah yang digunakan. Beliau berperan menyebarkan Islam didaerah Drajat, sekitar Lamongan.
6.      Suanan Kalijaga (Raden Mas Sahid), putra tumenggung Majapahit,
            Beliau terkenal sebagai ulama yang berjiwa besar, pandai bergaul disemua lapisan masyarakat. Wayang kulit adalah media syiar Islam yang beliau gunakan. Disamping sebagai seorang mubaligh, beliau juga ahli filsafat, budayawan dan kesenian. Sunan Kalijaga berperan menyebarkan Islam didaerah sekitar Demak.
7.      Sunan Kudus (Ja'far Shodiq)
            Beliau berperan menyebarkan Islam didaerah Kudus. Beliau seorang wali yang menguasai ilmu agama Islam, seperti tauhid, fiqih dan Hadist. Menara Kudus adalah peninggalan beliau yang sangat terkenal.
8.      Sunan Muria (Raden Umar Said)
            Sunan Muria putra Sunan Kalijaga berperan menyebarkan Islam didaerah Colo lereng Gunung Muria. Beliau suka bergaul dengan rakyat jelata sambil berdakwah.
9.      Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).
            Beliau  adalah cucu Prabu Siliwangi. Beliau berperan menyebarkan Islam di Banten dan Cirebon. Disamping sebagai ulama beliau juga penglima perang, dan sebagai raja.
          Para wali itu adalah guru-guru agama Islam yang terus menerus berjuang dan mengabdikan hidupnya untuk kepentingan agama Islam dengan berbagai cara masing-masing. Jadi peranan wali-wali itu tidak hanya memberikan dakwah islamiyah saja, tetapi juga sebagai pengembang kebudayaan, sebagai dewan penasehat dan pendukung raja-raja yang memerintah, serta sebagai arsitek pembangunan masjid-masjid kuno. Gerakan Islamisasi oleh para wali itu dipusatkan di daerah sepanjang pantai utara Jawa, mulai dari Banten sampai Blambangan dengan mendirikan pusat-pusat pengembangan Islam. Setiap kota didirikan masjid-masjid sebagai pusat belajer agama Islam dan pengatur strategi Islamisasi. 
Secara garis besar peranan wali adalah:
1.           Dibidang agama sebagai penyebar agama Islam, baik melalui dakwah, mendirikan pondok pesantren maupun melalui media seni.
2.           Di bidang politik, sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam meupun sebagai penasehat raja-raja Islam, atau sebagai raja.
3.           Dibidang seni budaya, berperan sebagai pengembang kebudayaan setempat yang disesuikan dengan budaya Islam baik melalui akulturasi maupun asimilasi kebudayaan.

IV. Kesimpulan
A.    Teori-Teori Masuknya Islam Di Jawa
Menurut catatan ahli sejarah, Agama Islam masuk ke Pulau Jawa sekitar abad XI Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Arab dan disebarkan Muballigh dari Pasai (Aceh Utara).
Adapun yang didatangi pertama oleh Islam di Pulau Jawa yaitu di daerah-daerah pesisir utara Jawa Timur. Agama yang nampak perkembangannya di pulau Jawa Itu, sejak datangnya Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang kemudian menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa Timur.
B.     Teori-teori penyebaran Islam di Jawa
Penyebaran agama Islam di Jawa melalui :
1.      Perdagangan
2.      Pernikahan
3.      Ajaran Tasawuf
4.      Pendidikan
5.      Seni Budaya
C.     Peranan Walisongo
1.      Dibidang agama sebagai penyebar agama Islam, baik melalui dakwah, mendirikan pondok pesantren maupun melalui media seni.
2.      Di bidang politik, sebagai pendukung kerajaan-kerajaan Islam meupun sebagai penasehat raja-raja Islam, atau sebagai raja.
3.      Dibidang seni budaya, berperan sebagai pengembang kebudayaan setempat yang disesuikan dengan budaya Islam baik melalui akulturasi maupun asimilasi kebudayaan.


  

V.    Daftar Pustaka
Azra, Azyumardi. 2002. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal.  Bandung: Mizan.
Graaf , H.J. de dan Th.G.Th. Pigeaud. 1986. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Jakarta: Temprint.
Musahadi, dkk. 2003. IAIN Walisongo: Mengeja  Tradisi Merajut Masa Depan. Semarang: Puslit IAIN Walisongo.
Purwito, Edi dan Kuswanto. 1987.  Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia. Solo: Tiga Serangkai.
Simon , Prof. DR. Hasanu. 2004. Misteri Syekh Siti Jenar Peran Walisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


VI. Biodata pemakalah
1.      NAMA                        : FENY INDARYANI
NIM                            : 113511044
JURUSAN                              : TM 4B
TTL                             : KENDAL, 27 MEI 1993
PPENDIDIKAN
                   -SD           : SDN 01 TOSARI BRANGSONG KENDAL
                   -SMP        : MTsN BRANGSONG
                   -SMA       : MAN KENDAL
                   -SI                        : IAIN WALISONGO SEMARANG
ALAMAT                   : TOSARI RT 02 RW 01 KEC. BRANGSONG KAB. KENDAL
No Telp.                      : 085742460103
Email                           : feny.mtk2011@yahoo.co.id

2.      NAMA                        : MIKKE NOVIA INDRIYANI
NIM                            : 113511051
JURUSAN      /PRODI           : TADRIS/TADRIS MATEMATIKA
TTL                             : REMBANG, 19 AGUSTUS 1993
PPENDIDIKAN
                   -SD           :
                   -SMP        :
                   -SMA       : SMA NEGERI 1 REMBANG
                   -SI                        : IAIN WALISONGO SEMARANG
ALAMAT                   : Ds. RANDU PULO Kec. REMBANG Kab. REMBANG
No Telp.                      : 085640731679
Email                           :

3.      NAMA                        : SANIYYA DARA FARAHHADI
NIM                            : 113511060
JURUSAN      /PRODI           : TADRIS/TADRIS MATEMATIKA
TTL                             : BATANG, 29 APRIL 1994
PPENDIDIKAN
                   -SD           : SD SIDOREJO 02
                   -SMP        : SMP NEGERI 6 PEKALONGAN
                   -SMA       : SMA NEGERI 1 PEKALONGAN
                   -SI                        : IAIN WALISONGO SEMARANG
ALAMAT                   : GRIYA PANGURIPAN INDAH D.24                        PEKALONGAN
No Telp.                      : 085640345909
Email                           : dsaniyya@gmail.com


[1] Musahadi, dkk, IAIN Walisongo: Mengeja  Tradisi Merajut Masa Depan, (Semarang: Puslit IAIN Walisongo, 2003), hlm 20.

[2] Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal,  (Bandung : Mizan, 2002), hlm. 25.
[3] Edi Purwito dan Kuswanto, Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia,( Solo : Tiga Serangkai , 1987), hlm. 23-24.
[4] Edi Purwito dan Kuswanto,  Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia,  ( Tiga Serangkai : Solo, 1987),  Hlm 25
[5] Graaf , H.J. de dan Th.G.Th. Pigeaud. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. (Jakarta: Temprint. 1986) Hlm 19
[6] Edi Purwito dan Kuswanto, Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia,( Tiga Serangkai : Solo, 1987),  Hlm 28
[7] Prof. DR. Hasanu Simon,  Misteri Syekh Siti Jenar Peran Waliisongo dalam Mengislamkan Tanah Jawa, ( Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2004),  Hlm 50